Depresi seringkali tergambar dalam benak setiap orang yang mengalami mental seperti sering melamun, stres hingga mengarah pada kelainan jiwa. Tapi sebenarnya depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat dan terkait pada masalah emosi manusia yang masih normal. Depresi bisa membuat anda merasa bersalah tanpa alasan. Depresi bisa membuat anda merasa bersalah tanpa alasan.
Depresi bisa membuat anda merasa tidak berguna, meski anda telah melakukan apa saja yang menurut anda adalah yang terbaik. Depresi juga bisa menyebabkan anda tidak berminat terhadap hal-hal yang sebelumnya anda sukai.
Depresi adalah fluktuasi emosi yang bersifat dinamik, mengikuti suasana perasaan internal ataupun eksternal individu tersebut. Seringkali depresi berdampak pada fisik seseorang, misalnya masalah pada saluran pencernaan, kardiovaskuler, saluran pernapasan. Bahkan nyeri kronik seperti nyeri punggung dan nyeri kepala, hingga hilangnya libido seks.
Tetapi depresi bisa menimbulkan keluhan-keluhan fisik itu karena terganggunya keseimbangan hormon serotonin dan dopamine. Pada orang yang depresi dan cemas, adrenalin juga meningkat. Ini akan meningkatkan tekanan darah dan suhu tubuh. Pada saat yang sama, seseorang yang didera depresi juga cenderung berperilaku buruk seperti makan tidak teratur, merokok, mengkonsumsi alkohol dan zat berbahaya lainnya.
Semua ini akan mendorong munculnya berbagai keluhan fisik yang telah disebutkan tadi. Timbulnya beragam keluhan fisik pada penderita depresi sudah barang pasti akan memperberat kondisi jiwanya. Gejala depresinya akan bertambah berat. Jika dibiarkan, maka anda menjerumuskan anda pada kondisi kejiwaan yang lebih kronis dan berbahaya. Hampir 50 persen kasus depresi terjadi pada usia 20 hingga 50 tahun. Untungnya, kemungkinan depresi rasa mau lebih besar terjadi pada perempuan daripada lelaki.
Bangkitkan Motivasi. Depresi tidak langsung terjadi begitu saja tetapi secara bertahap. Awalnya bisa berupa sikap protes terhadap sesuatu yang terjadi pada dirinya. Ini bisa terungkap lewat bentuk kemarahan, protes, upaya menyangkal, mencari-cari kesalahan atau mengharapkan sesuatu kembali seperti semula. Kemudian meningkat kepada sikap putus asa. Merasa tidak ada lagi harapan, kesedihan yang mendalam dan berlarut-larut, sikap apatis, hingga berujung pada munculnya ide ekstrim untuk bunuh diri.
Untuk menangani masalah depresi adalah adanya komitmen dan persistensi agar terselesaikan. Tanpa dua hal tersebut, setiap individu akan menemui jalan buntu hingga akhirnya malah menambah problema emosi. Perasaan gagal dan bersalah muncul dalam benak anda.
Berusahalah melepaskan diri dari perasaan putus asa yang membelenggu dengan cara introspeksi dan memotivasi diri. “Untuk apa saya harus marah dan bersedih?” tanyakan hal ini pada diri sendiri. Ubah dan buang jauh-jauh pola pikir negatif yang ada dalam benak anda. Atau cobalah untuk dapat menerima kenyataan yang terjadi dan berpasrah diri. Hal ini ditunjang dengan menguatkan motivasi untuk bangkit dari perasaan putus asa.
Permasalahan yang sering terjadi adalah individu yang mengalami depresi seringkali memilih untuk menyimpan sendiri beban pikiran dan perasaannya. Sementara, peranan orang-orang terdekat atau keluarga juga sangat berpengaruh. Mereka menjadi saluran untuk berbagi perasaan, diskusi dan bersama-sama mencari solusi. Segala masukan yang diberikan dari orang yang terpercaya dapat menjadi solusi terbaik. Nah, inilah saat yang tepat untuk memantapkan motivasi Anda kembali untuk meraih harapan dan cita-cita anda.
Mencegah depresi ada beberapa langkah, yang pertama adalah pilihlah aktivitas positif dan menyenangkan yang bisa dilakukan. Kedua adalah tetapkan target harian yang ringan dan dapat dicapai. Ketiga adalah rencanakan waktu untuk menangani setiap hal di masa mendatang. Keempat, tetaplah sibuk meskipun sulit untuk merasa termotivasi. Terakhir, cobalah berkumpul bersama anggota keluarga atau orang lain yang dipercaya untuk berbagi perasaan dan kebersamaan dengan mereka.(detikHealth)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar