Permintaan limbah air kelapa dari sisa hasil usah kopra di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, sangat besar karena tingginya nilai ekonomis limbah tersebut.
Pengusaha kopra di Desa Serdang, Kecamatan Tanjung Bintang, Supriadi, mengatakan, di Serdang, Minggu, permintaan limbah air kelapa sangat tinggi, karena limbah itu dikelola oleh perusahaan industri penghasil sari kelapa (nata de coco)
Dia mengatakan, mampu menghasilkan limbah kelapa dari hasil usaha kopranya mencapai 10 jerigen ( isi 30 liter) per hari atau setara dengan 300 liter air kelapa untuk memenuhi kebutuhan pengolahan nata de coco.
"Air limbah kelapa dipesan untuk memenuhi pesanan sentra industri penghasil nata de coco baik perusahaan besar-menengah dan perusahaan kecil-rumah tangga," kata dia.
Namun, Supriadi mengatakan air limbah tersebut hanya dihargai oleh para agen pembeli sebesar Rp1.000/Jerigen (isi 30 liter). Hal senada juga di katakan oleh Siti Arifah, pemilik usah kopra setempat yang mengatakan permintaan air kelapa saat bulan Ramadan ini sangat tinggi.
Dia mengatakan, dari usaha kopra, ia dapat menghasilkan tujuh jerigen air kelapa dengan kapasitas 30 liter/Jerigen.
Dia mengaku sebenarnya harga tersebut masih tergolong rendah, namun daripada dibuang lebih baik dimanfaatkan hasilnya.
"Setidaknya dapat menambah penghasilan saya untuk memenuhi kebutuhan keluarga," tegasnya.
Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Kabupaten Lampung Selatan luas perkebunan kelapa dalam yang masih produktif saat ini mencapai 31.918,0 hektare dengan total produksi 33.370,0 ton sedangkan produktivitas 1.045,0 kilogram perhektare.
Untuk kelapa hibrida memiliki luas lahan produktif seluas 2,081,0 hektare dengan produksi sebanyak 1.774,0 ton dan produktivitas 852,5 kilogram perhektare.(kapanlagicom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar