Rabu, 11 Agustus 2010

Cara Melatih Anak Agar Tak Rewel

Bagaimana mengatasi anak yang sering rewel?

Demikian pertanyaan yang sering muncul saat saya bersama Shanaz Haque dan 2 pembicara lainnya, diundang untuk memberikan seminar setengah hari dengan harga sangat terjangkau sebagai bagian dari kegiatan pelayanan pada masyarakat yang didukung oleh Nakita tabloid Panduan Tumbuh Kembang Anak dan Dancow Parenting Center. Kebetulan saya & Shanaz Haque wajib hadir di 11 kota-kota besar di Indonesia. Seminar dibawakan oleh 3 pembicara dan saya selalu kebagian sesi yang “santai” yakni sebagai pembicara ketiga yang berbagi tentang topik “Terapi Tawa - Menghadapi Anak Tanpa Amarah”

Sebagai pemandu seminar, Shanaz haruslah hadir dari pagi sampai siang (kacian deh elo, Naz! He..he..) sehingga dia tahu betul pertanyaan-pertanyaan peserta yang muncul sejak sesi pagi hari. Setelah itu barulah saya menjawab hal-hal tambahan mengenai Parenting versi NLP, tentunya versi NLP racikan saya yang kadang mungkin agak “ngawur”. Nah, salah satu pertanyaan yang sering muncul dalam beberapa seminar adalah bagaimana mengatasi anak yang sering rewel? Rewel dalam arti yang seluas-luasnya seperti mudah nangis, cengeng, ngambek, “perasa”, jutek, kesal dan sebagainya. Arti kata anak disini adalah Balita.

Contoh ide 1 : “Cecak! Cecak! Cecak!”

Nah, ini cara tradisional yang ampuh sekali untuk membuat anak berhenti menangis. Karena saat orang tua si anak mendongakkan kepala dengan semangat berteriak: “Cecak! Cecak! Cecak!” dan jari telunjuk menunjuk ke arah cecak yang sedang menempel santai menikmati makan malam seekor nyamuk di langit-langit rumah, maka si anakpun akan ikut-ikutan mendongakkan kepala ke arah cecak yang ditunjuk dan tangispun mereda atau seringkali berhenti mendadak, bukan?

Kok bisa ya? Bagaimana prosesnya? Hasil penelitian di NLP mengatakan (menemukan) bahwa postur tubuh berdiri tegak dengan kepala mendongak ke atas akan membuat rongga dada dan rongga tenggorokan terbuka lebih luas. Dan, oksigenpun masuk lebih banyak. Coba lakukan tertawa ha ha ha. Nah, posisi tubuh seperti ini bukanlah “milik” posisi rasa menangis sehingga otomatis tubuh akan menyetop tangisan. Karena posisi menangis adalah posisi kepala menunduk ke bawah atau posisi “perasaan sedih”. Coba lakukan sedih hik hik hik. Demikian penjelasan gamblang dalam bahasa awam bukan bahasa teknis NLP he he he.

Contoh ide 2: Posisi Menggendong Anak

Setelah kita memahami posisi tubuh, sekarang kita bisa mulai latihan merubah cara menggendong agar si kecil tidak sering rewel. Cara terbaik adalah menggendong dimana posisi tubuh anak sama-sama kita menghadap ke depan (posisi nonton layar tancap), bukan posisi si anak menghadap ke dada kita (posisi mendekap). Posisi mendekap baik untuk mengajak atau membuat anak tidur atau merasa aman nyaman di pelukan kita. Namun, untuk mengatasi nangis atau rewel posisi “nonton layar tancap” adalah yang terbaik. Kalau si anak menangis, cukup tekan dari belakang dada dia ke depan dengan dada kita sampai tangis atau rewel mereda.

Contoh ide 3: Bergelayutan seperti Monyet

Nah, terus terang ide ini terinspirasi dari anak saya Bidadari saat dia bergelayutan seperti monyet di taman bermain sekolahannya TK Sanur sekitar minggu ke 4 bulan Oktober lalu. Kebetulan saya sangat dekat dengan Kepala Sekolah dan guru dia yakni Suster Ansi dan Ibu Melly karena kami sering berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang anak-anak. Bidadari sangat suka bermain di bagian gelayutan monyet dan sangat gembira. Sehingga walau terjatuh dan terluka kecil saat bermain di bagian lain, atau terjadi “perperangan ala anak-anak” di bagian lain membuat dia tetap tenang dan santai saja. Bidadari selalu kembali bergelayutan monyet yang kebetulan tidak terlalu favorit untuk anak-anak lain. Saya sangat gembira melihat anak saya seperti anak monyet, anak alam.

Saat menikmati si Bidadari jadi “monyet kecil” tiba-tiba “AHA” muncul lagi dalam pikiran kreatif saya, ini jawaban yang saya cari untuk mengatasi anak yang sering rewel. Saya langsung mencatat ide-ide yang muncul dan saya minta Bidadari terus main gelayutan monyet untuk saya observasi. Thanks ya Bidadari, kamu sungguh inspirasi untuk Papi. Semoga inspirasi kamu berguna untuk orang banyak sesuai namamu Bidadari (he..he.. mata saya bergelinang saat menulis bagian ini).

Dari ide gelayutan monyet tersebut, silahkan Anda para orang tua melanjutkannya di rumah, misalnya dengan mengatur dahan-dahan pohon di halaman rumah menjadi tempat gelayutan anak-anak Anda. Susun sedemikian rupa agar mereka dapat berpindah dari dahan ke dahan dengan jarak yang terjangkau untuk ukuran tangan mereka dan aman. Baik sekali dibuat lebih dari 5 pegangan dahan agar ada area main yang cukup luas.

Boleh juga Anda meniru seperti yang ada di taman bermain anak-anak TK. Untuk meminimalkan biaya, cukup gunakan pipa paralon yang kecil agar mudah dipegang oleh si “monyet kecil”. Bolah juga dibuat seperti pagar-pagar kecil, yang penting mudah untuk mereka bergelayutan seru.

Kalau mau dibuat di dalam rumah, kami sering anjurkan untuk gunakan tali plastik jemuran yang diselipkan kedalam pipa paralon, buat beberapa buah agar si “monyet kecil” tidak cepat bosan. Buat yang mudah sekali untuk dijangkau bergelayutan karena tujuan kita adalah membuat dan melatih posisi tubuh si “monyet kecil” menjadi segar dan sehat agar nantinya dapat menjadi pribadi yang tegar dan tangguh.

Tip tambahan lainnya:

Baik sekali para Ibu menyiapkan makanan setelah anak-anak bermain gelayutan monyet ini, karena rasa lapar akan muncul dengan sendirinya. Air liurpun akan terbit secara alami saat melihat nasi panas mengepul. Dan, makanpun menjadi pengalaman yang nikmat, bukan?

Selamat melatih si anak menjadi anak alam yang kuat, tegar dan tangguh yaitu anak monyet. Makin indah kalau ditambah dengan senyuman dan kata-kata lembut: “Halooo monyeeet…”

Krishnamurti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar