“Ah, simulasi itu mestinya bisa lebih bermanfaat, dari sekedar mengatasi rasa takut atau membangun keyakinan diri bahwa apapun bisa” demikian komentar suara dalam diri saya saat melihat teman trainer di Malaysia melakukan simulasi mematahkan pensil ke teman trainer lainnya.
Menurut saya, terlalu sederhana simulasi kekuatan pikiran manusia hanya dengan mematahkan sepotong pensil kayu yang tentu pastilah sangat rapuh, bukan?
Namun, jujur ingin saya sampaikan bahwa mematahkan pensil dengan satu jari telunjuk, sungguh sangatlah menarik. Hanya bagaimana memanfaatkannya tidak hanya sekedar motivasi yang bisa bersifat sementara, tapi bagaimana memanfaatkan lebih dari itu? Pasti ada manfaat lain.
Bertanya pada Unconsious yang sangat kreatif
Kebiasaan saya jika ingin mencari suatu ide baru, saya selalu minta bantuan Unconscious saya untuk mencari ide baru. Sejak SMP saya sering menggunakan kalimat kurang lebih seperti berikut: “Krishna, berikan ide baru atau manfaat lain dari simulasi tersebut?” Setelah itu, let go and let God!
Saya menyebut Unconscious saya dengan nama: “Si Krishna”, nanti saya bagikan pengalaman bagaimana saya berkomunikasi dengan Unsconicious saya, sederhana dan mudah sekali, kok!
Dapatlah ide berikut ini, lalu saya mulai ber-eksperimen dalam berbagai kesempatan. Mungkin setelah 3-4 tahun, sudah ribuan peserta yang saya uji untuk melakukan terapi sederhana dan “cukup” bermanfaat ini.
Berikut ini tekniknya:
1. Terapi ini harus dilakukan berdua. AA sebagai Terapis dan BB sebagai Klien. Lalu berganti peran.
2. Pertama, AA dengan menggunakan kedua belah telapak tangan, genggam erat di kedua sisi ujung pensil kayu dengan posisi telapak tangan menghadap keatas.
3. AA atur posisi genggaman di kedua ujung pensil, agar ada tempat yang cukup leluasa bagi BB untuk memukul pensil tersebut. Jarak yang lebar ini membuat pensil lebih mudah dipatahkan, karena tujuan kita adalah terapi bukan melatih kekuatan.
4. Setelah AA siap, sekarang AA membantu BB untuk proses “men-download” memory lama yang perasaannya mau dibuang, caranya sebagai berikut dan tentu saja bisa Anda rubah sesuai kebutuhan dan situasi si BB:
1. AA memandu BB dengan suara yang pelan saja, katakan: “Pikirkan sebuah pengalaman yang mungkin pernah membuat Anda kecewa, sedih, marah, sakit hati (dan sebagainya), dihina orang, disepelekan orang, direndahkan orang atau pengalaman lainnya yang membuat perasaan Anda kacau balau..” (boleh diganti yang lain, lebih spesifik, tentu lebih baik)
2. Setelah kira-kira memory tersebut ter-download, AA dapat melanjutkan panduannya dengan: “Sekarang, rasakan kembali perasaan yang tidak nyaman itu, rasakan… rasakan… Gandakan perasaan tersebut.., keluarkan…, lepaskan…, keluarkan…, lepaskan…” (boleh diulang-ulang, sampai terlihat cukup emosional)
5. Lalu, keluarkan atau pindahkan “emosi negatif” dari memory lama tersebut:
1. AA bantu BB mengepalkan tangan kanannya dengan posisi telunjuk jari menunjuk. Karena BB akan mematahkan pensil kayu tadi hanya dengan satu jari telunjuk kanan (kalo kidal ya jari telunjuk kiri).
2. AA meng-kalibrasi bahasa tubuh si BB, jika AA merasa perasaan yang tidak nyaman tersebut sudah muncul, lanjutkan dengan: “Sekarang, pindahkan, pindahkan seluruh dan pindahkan seluruh, seluruuuh perasaan yang tidak nyaman yang saat ini ada dalam diri Anda, ke ujung jari kanan Anda. Pindahkan semuanya…” Anda boleh mengatakan kalimat ini dengan suara lembut perlahan, atau sangat keras, ikuti saja feeling Anda.
3. AA boleh mengganti kalimat diatas dengan ide lain atau menambahkan kalimat lain, misalnya: “Anda bisa memindahkan seluruh perasaan tidak nyaman dalam diri Anda ke ujung jari telunjuk kanan Anda, saat Anda membuang nafas yang panjaaang…”
6. Sekarang bagian pelepasan emosi. Setelah AA merasa bahwa si BB sudah sangat atau cukup emosional, minta BB untuk:
1. Mengepal tangan kanan sekeras mungkin, dengan posisi jari telunjuk kanan tetap menjulur ke depan.
2. Lalu, mengangkat tangan kanan setinggi mungkin…
3. Pandu BB dengan kalimat (pilih yang dirasa pas):
1. “Satuuu!!! Duaaa!!! Tigaaa!!!”
2. “Siaaap!!! Hajaaar!!!”
3. “BISAAA!!! BISAAA!!! GOOO!!!”
4. “Tarik nafas, tahaaan…, GOOO!!!”
5. Atau kalimat semangat lainnya…
6. Atau ajak BB untuk teriak sama-sama…
7. BB dengan emosional memukul pensil kayu yang digenggam oleh AA, sekuat mungkin… dan patahlah (semoga sih he..he..) si pensil kayu. Beban emosi negatif yang tersimpan selama inipun, ikut patah dan sirna…
8. AA memandu BB untuk tarik nafas yang dalam dan dilanjutkan dengan rasa syukur atau rasa ikhlas, seperti: Ikhlaaas, ikhlaaas dan ikhlaaas…
Manfaat lain dari simulasi ini:
1. Tentulah motivasi atau keyakinan diri bahwa kita bisa melakukan apapun jika kita percaya atau yakin.
2. Melatih kekuatan imajinasi, jika kita membayangkan bahwa pensil itu tidak ada, atau membayangkan pensil tersebut sangat rapuh dan jari telunjuk tangan kita adalah besi baja, atau ide lainnya.
3. Mengalahkan rasa takut, walau masih ada hal lain yang harus digali lebih dalam untuk mengatasi sumber rasa takut.
4. Beberapa pengalaman, saya mendapatkan bahwa kasus trauma yang menimbulkan perasaan emosi negatif yang berlebihan, dapat sembuh dengan baik. Namun, apakah teknik terapi ini bisa pas untuk trauma apapun, tentu masih memerlukan kajian lebih dalam.
Harapan saya untuk pembaca
Semoga teknik terapi yang sederhana ini, dapat berguna untuk siapa saja yang membaca artikel ini. Setelah itu tolong (banget) bagikan teknik ini ke siapapun yang (mungkin) memerlukan, agar makin banyak orang yang bisa melepaskan emosi negatif yang sering kali “ngumpet” dalam diri kita.
Sehingga main banyak pula orang yang makin tenang, makin damai dan (semoga) makin bahagia dalam mengarungi lautan kehidupan ini, yang kadang memang tidaklah pasti.
Ketenangan Menciptakan Kemenangan…
Krishnamurti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar