Mengapa, mengapa & mengapa?
Jutaan orang baca buku Rich Dad, Poor Dad. Jutaan orang baca buku The Secret. Jutaan orang belajar NLP. Mengapa tetap saja. Ya, tetap saja. Tetap saja sedikit sekali, ya sedikit sekali. Sedikit sekali orang yang berhasil. Berhasil dalam hidupnya. Berhasil mencapai impiannya. Mengapa, mengapa & mengapa?
Anda tahu jawabannya? Mudah! Jawabannya: “Tauk ah Gelap!”
Seorang teman mengamati Nasrudin yang sedang sibuk mencari sesuatu di perkarangan rumahnya. Si teman bertanya: “Apa yang sedang kau cari Nasrudin?”. “Sejak pagi, aku sedang mencari jarumku yang hilang? Bantuin dong!” jawab Nasrudin dengan suara mulai frustasi dengan badan terus menunduk berusaha mencari jarum. Temannyapun ikut membantu mencari karena solideritas teman ngopi. Setelah 1 jam ikut membantu mencarikan jarum yang hilang tersebut, temannya mulai penasaran dan bertanya lagi: “Hai Nasrudin! Jarum kamu hilang dimana?” Nasrudin juga makin frustasi dan dengan nada agak membentak menjawab: “Hilangnya di dalam rumah!!!”. Si teman agak kaget dan marah: “Mengapa kau cari di luar rumah?!!!”. Nasrudinpun ikut kesal dan menjawab ketus: “Di luar rumah terang. Di dalam rumah GELAP TAUK!!!”
Ya, itulah jawaban pertanyaan tadi “Mengapa, mengapa & mengapa?” Tidak ada yang salah sih, namun jika kita tidak tahu kita ada dimana, maka kita bisa tersesat dan terjebak bukan? Terjebak dalam suatu kondisi atau suatu situasi yang kita juga tidak tahu apa. Tersesat karena kita tidak punya peta, bahkan banyak dari kita tidak tahu mau kemana. Sungguh sangat membuang waktu bukan?
Sering kali kita terjebak di sebuah tempat yang sepertinya terang padahal itu bukanlah tempat yang kita cari. Sebenarnya jika kita tahu mau kemana, walau kita berada di hutanpun, tidaklah mungkin kita tersesat. Karena hutan tidak pernah berubah. Posisi sebuah pohon yang mungkin sudah berumur puluhan tahun, selalu di posisi yang sama, tidak mungkin sebuah pohon berpindah-pindah tempat. Kecuali pohon Natal he..he.. Nah, Nasrudin hanya bingung dan mungkin mulai panik, sehingga dia mencari di tempat yang mungkin kurang tempat.
Banyak sekali orang seperti Nasrudin, bukan? Sayapun pernah berada di posisi Nasrudin. Beruntung dalam hidup saya sejak kecil selalu bertemu dengan para pembimbing, hampir dalam segala hal, khususnya Pembimbing Rohani. Sehingga tidak banyak saya menghabiskan waktu dalam perjalanan hidup ini, menuju pulang ke Sang Khalik.
Lalu, bagaimana dong keluar dari hutan kebingungan tadi?
Oke, sekarang kita mulai main-main yok. (Baca kalimat berikut dalam hati dan baca dalam tempo yang lambaaat saja…) “Bayaaangkaaan dan rasaaakaaan… Sekarang tiba-tiba Anda terperosok dan berada dalam ruangan yang gelaaap…” Diam sejenak, amati respon Anda? Pejamkan mata Anda 10-20 detik. Apa pilihan respon Anda?
Respon yang umum terjadi adalah Panik, bukan?
Kaget akan memompa jantung kita bekerja sangat cepat, makin lama makin cepat dan kitapun akan panik, bukan? Nah, panik bisa membuat kita berteriak keras minta tolong, ketakutan, menangis, lari kesana kemari atau mungkin lemas pingsan. Pokoknya kacau deh. Karena kacau, maka hasilnyapun akan kacau, bukan?
Seorang teman lama dari Semarang pernah minta masukan dan bimbingan saya untuk meng-coaching dia agar bisa berhasil menjadi pembicara atau trainer. Saya bertanya pada dia: “Kamu sudah belajar pada siapa saja?” Dia menjawab bahwa dia belajar dari sangat banyak orang yang dia anggap sukses atau guru. Saya hanya tersenyum dalam hati, saya sudah tahu pasti bahwa dia akan sulit mencapai sukses karena dia sibuk mencari jarumnya di perkarangan, padahal hilangnya di dalam rumah. Sampai 3 tahun kemudian, dia tetap saja berjalan dalam lingkaran yang berputar-putar yang tidak mungkin bergerak maju karena akan kembali ke titik semula, bukan? Namun, karena teman saya ini selalu mencari pembenaran, tentu sangatlah sulit bagi dia untuk keluar dari lingkaran itu. Dia terjebak dalam “balon bening” ciptaanya sendiri dan karena bening dia tidak melihatnya dan dia tidak tahu dia terjebak.
Pernahkah Anda bertanya dalam hati: “Bagaimana saya bisa fokus kalau saya memiliki banyak Kiblat?” Bukankah yang namanya Kiblat haruslah SATU. Cara atau Metode ke arah KIBLAT boleh saja berbeda-beda. Namun KIBLAT tetaplah SATU.
Mungkinkah kita menyarikan rumus sukses dari berbagai Guru kelas dunia menjadi satu rumus sukses? Padahal Guru kelas dunia itupun hanya punya satu Guru? Apakah kita lebih hebat dari Guru kelas dunia tersebut dengan menyarikan ajaran mereka menjadi satu rumus saja? Hati-hati, mungkin kita akan terjebak di hutan yang lebih lebat lagi…
Untuk menjadi berhasil sesungguhnya sangat sederhana, kita hanya perlu punya satu Guru, satu Kiblat saja. Guru itu adalah di dalam diri kita. Ya, dalam di dalam rumah kita, bukan di perkarangan walaupun terang, namun di dalam hati yang mungkin saja gelap. Gelap karena jarang kita kunjungi dan tidak pernah kita nyalakan pelita, bukan?
Jawaban dari pertanyaan “Mengapa, mengapa & mengapa?” ada di dalam diri kita sendiri. Ya, hanya kitalah yang bisa membukanya. Bukan orang lain. Karena kita adalah si pemilik kunci tersebut. Kita hanya perlu mengambil kunci itu. Nama kunci itu berupa pertanyaan: “Siapa diriku ini?” - “Who Am I?”
Yok, kita main-main lagi seperti kejeblos dalam gelap tadi. Kita mulai seperti pengalaman di atas tadi: “Bayaaangkaaan dan rasaaakaaan… Sekarang tiba-tiba Anda terperosok dan berada dalam ruangan yang gelaaap…” Lalu coba pengalaman berikut:
1. Tenangkan diri Anda, bernafaslah yang perlahan.
2. Masuk ke suasana Diam sampai terasa Hening.
3. Pejamkan mata dan terus berdiam.
4. Teruslah berdiam diri sampai terasa nyaman.
Maka akan muncullah …… (silahkan jawab sendiri, Anda tahu kok jawabannya he..he..) Sangat indah, bukan?
Setelah itu, tanyakan dalam diri Anda; “Siapakah aku ini?”
Pertanyaan kedua: “Apa misi hidupku di dunia ini?”
Apa jawaban yang benar? Mana saya tahu karena itu misteri hidup Anda sendiri he..he.. Nanya melulu ah!
4 langkah di atas bukanlah cara yang baku, itu hanya cara si Krishna saja, jadi bisa pas untuk Anda bisa juga tidak. Untuk masuk ke dalam diri, gunakan saja cara yang telah Anda ketahui atau Anda yakini, misal untuk Anda yang Muslim gunakan saja Dzikir. Anda yang Hindhu atau Budha, gunakan Meditasi. Anda yang Katholik, gunakan doa reflektif Rosario (bukan doa memohon) dan bagi Anda yang Kristen Protestan gunakan saja Doa Syafa”at atau Doa Reflektif lainnya. Yang penting diri Anda harus dalam kondisi hening sebelum mulai.
Jika kunci sukses sudah Anda temukan dalam diri Anda, maka tidak ada satu orangpun yang bisa menghalangi jalan Anda untuk mencapai sukses. Andapun tidak mungkin tersesat lagi, karena Anda sudah tahu tempat yang indah itu, bukan? Adanya di dalam diri. Kapanpun Anda perlu ke tempat indah itu, Anda hanya perlu berdiam diri. Itulah yang disebut Kekuatan Motivasi dari Dalam Diri. Inside-Out Motivation. Sang maha indah, sang Unconscious, sang Qalbu, sang Hati Nurani yang berbudi Pekerti.
Teruslah luangkan waktu untuk berhening diri. Masuk dan ber-dialog-lah ke dalam diri sampai terdengar dengan mesra jawaban “Siapakah aku ini?” dan “Apa misi hidupku di dunia ini?”. Semuanya tersimpan dengan rapi didalam diri. Sebuah Buku Kehidupan. Buku Kehidupan Anda sendiri. Tidak dijual dimanapun. Jauh-jauh lebih hebat dari buku Rich Dad Poor Dad ataupun buku The Secret. Karena tidak ada yang “Secret”. Anda tinggal mengambil dan membukanya sendiri Buku Kehidupan Anda tersebut. Temukan jawabannya di halaman terakhir. Yang diperlukan hanya kejujuran hati saja. Ah, sungguh suatu pengalaman batin yang susah dilukiskan dengan kata-kata yang sangat terbatas ini. Anda harus mengalaminya sendiri…
Pikiran manusia memang luar biasa, dahsyat, sungguh tanpa batas. Apalagi ditambah bumbu Perasaan, makin hebatlah si pikiran manusia. Namun, salah bumbu salah rasa, walau sangat gurih namun sering kali kita terjebak rasa. Rasa sombong sebagai manusia. Hatilah yang bisa menetralkan rasa. Hati laksana air gunung yang sangat sejuk dan tanpa rasa. Tanpa hati, kita bisa kebablasan dalam angkuhnya pembenaran.
Menyelaraskan Pikiran, Perasaan dan Hati adalah PUZZLE kita sebagai manusia. Ada yang bisa menemukan dan menyusun potongan-potongannya menjadi sebuah gambar kehidupan yang indah, lalu melompat gembira. Namun, banyak sekali orang yang tidak pernah menemukan potongan-potongan PUZZLE-nya sampai dia masuk di liang lahat. Sungguh kasihan, karena selama ini sibuk mencari jarum di perkarangan walau hilangnya di dalam rumah. Maaf, maaf dan maaf ya…
Sungguh Allah maha bijaksana, bukan? Menyimpan Permata terindah justru di dalam hati kita, bukan di dalam lautan.
Krishnamurti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar